My Journey to Surakarta



Hawa dingin masih menyeruak, mata pun masih enggan terbuka. Tepat pukul 05.15 WIB, saya segera bergegas melangkah. Ya hari ini saya akan berangkat ke Surakarta, kota yang masih kental dengan budaya dan sejarah. Ini juga pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota yang sekaligus tanah kelahiran presiden ketujuh kita, Pak Joko Widodo. Kepergian saya kali ini sebenarnya bukan untuk berwisata, tapi karena ada keperluan pribadi yang sangat penting. Next time saya jelaskan di bagian selanjutnya. Okay, here we go...
Gambar: Keraton Surakarta
 Rute perjalanan yang saya tempuh kali ini cukup berliku karena saya memang memilih moda transportasi umum (red: kereta api, bus, dan ojek). Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 05.15 pagi menuju ke pasar Babat-Lamongan dengan mengendarai sepeda motor. Kemudiansaya melanjutkan perjalanan dengan naik bus menuju ke terminal Kepuhsari Jombang.For your information, kontur tanah jalan dari arah Babat menuju Jombang sedikit menanjak dan bergelombang, bagi yang tidak terbiasa bisa jadi akan mabuk di perjalanan.
Gambar: jalan raya Babat-Jombang

Back to topic, saya sempat kaget karena tarif bus Babat-Jombang naik cukup significant, yang biasanya dipatok seharga Rp15.000 kini naik menjadi Rp 25.000. Alasan naik adalah karena ada perbaikan jembatan Ploso dan oleh karenanya rute bus harus berputar melewati tol sebelum sampai ke terminal. Benar saja, perjalanan yang biasanya bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang dari dua jam, kini sampai lebih dari dua jam.
Setelah lebih dari dua jamperjalanan, pukul 08.15 saya tiba di stasiun Jombang. Setelah sebelumnya naik ojek terminal seharga Rp 15.000. Dari stasiun Jombang, pukul 08.43 kereta api Sancaka tujuan Yogyakarta membawa saya pergi. Tepat pukul 12.05 saya tiba di stasiun Solo Balapan. Kalau mendengar nama stasiun ini, saya langsung teringat tembangnya mas Didi Kempot yang liriknya“neng stasiun Balapan, kuto Solo seng dadi kenangan, kowe karo aku...” Hehe.
Gambar: stasiun Jombang

Gambar: stasiun Solo Balapan

Setibanya di stasiun Solo Balapan, perut saya sudah terasa lapar. Saya berjalan kaki keluar stasiun untuk mencari warung makan. Sebenarnya di dalam stasiun juga tersedia outlet makanan cepat saji, tapi lidah saya kurang cocok dengan cita rasanya. Akhirnya pada jarak beberapa meter di sisi luar stasiun, saya berhenti di sebuah warung makan kecil di pinggir jalan. Nama warungnya ialah Warung Makan Pak Man. Meskipun warung sederhana, saat jam makan siang tiba warung ini akan penuh antrian pembeli. Saya sempat mengambil gambar warung kecil yang rasanya pas dilidah saya ini dan tentunya harganya juga ramah di kantong.
Gambar: Warung Pak Man

Setelah puas menyantap makan siang, saya langsung order ojek-online untuk menuju tempat tujuan terakhir saya di Surakarta. Saya belum sempat jalan-jalan mengelilingi kota ini. Semoga nanti ada waktu lebih banyak lagi untuk mengeksplorasi budaya dan wisata di kota ini. Oh ya, tulisan ini saya tulis dari awal sampai akhir selama perjalanan saya. Semoga bermanfaat bagi yang ingin pergi ke Surakarta untuk pertama kali. Sekian dan terima kasih.

Surakarta,27 November 2017

No comments

Powered by Blogger.