PERGURUAN TINGGI PENCETAK GENERASI MANDIRI
Pertumbuhan
ekonomi suatu negara pada dasarnya tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk
yang berjiwa wirausaha atau entrepreneur.
Suatu negara juga bisa dikatakan maju apabila 2 persen dari total penduduknya menjadi
entrepreneur. Contoh nyata adalah
Amerika dan Jepang yang lebih dari 12 persen penduduknya adalah entrepreneur. Di tahun 2016, Indonesia memiliki
1.5 persen entrepreneur dari sekitar
250 jutaan penduduk. Ini masih tertinggal cukup jauh dibandingkan negara
tetangga yaitu Malaysia yang sudah berada di atas 5 persen. Kurangnya jumlah entrepreneur ini bisa jadi diakibatkan minim
nya pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
pada jenjang perguruan tinggi sehingga menyebabkan pengetahuan tentang entrepreneurship pada diri masyarakat
kurang, khususnya mahasiswa, sebagai agent
of change yang di harapkan nantinya bisa menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan
perekonomian nasional.
Saat
ini angka pengangguran terdidik semakin tumbuh subur. Ribuan Sarjana baru
muncul setiap tahun. Perusahaan-perusahaan pun makin selektif dalam proses penerimaan
karyawan baru. Tidak ada lagi jaminan bahwa seorang yang bergelar Sarjana akan
memperoleh pekerjaan. Oleh karena itu, peran perguruan tinggi sebagai “ladang
ilmu”, pusat pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat diharapkan mampu
memberi andil besar dalam membentuk jiwa entrepreneurship
seluruh civitas akademik khususnya mahasiswa sebagai “generasi perubahan” dengan
menanamkan semangat kewirausahaan, melatih sikap mental pantang menyerah serta
terus mendorong mahasiswa untuk menciptakan peluang usaha baru yang bisa
menciptakan lapangan pekerjaan guna mengurangi angka pengangguran, meningkatkan
taraf hidup masyarakat, dan pada akhirnya menentukan keberhasilan pembangunan
nasional.
Akhir-akhir
ini perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai merubah paradigma sistem
pendidikan tinggi dari “pencetak tenaga kerja” menjadi “pencetak lapangan kerja”.
Pendidikan entrepreneurship pun sudah
semakin digalakkan agar para lulusannya mampu mandiri. Paradigma pendidikan tinggi
sedikit demi sedikit sudah mengalami pergesaran. Beberapa perguruan tinggi sudah
menerapkan pendidikan entrepreneurship pada kurikulum
pembelajaran maupun kegiatan kemahasiswaan, tujuannya adalah agar mahasiswa
dapat memahami konsep dan karakterisitik apa yang harus disiapkan untuk menjadi
seorang entrepreneur serta
mempersiapkan strategi individu untuk memulai sebuah usaha. Hal ini menjadi
penting karena jiwa entrepreneurship memang
tidak dimiliki oleh semua orang, tapi bukan berarti jiwa itu tidak bisa
dibangkitkan. Jiwa itu bisa dibangkitkan melalui pembelajaran dan pelatihan
secara berkesinambungan. Seorang Sarjana yang tidak memiliki jiwa entrepreneurship bisa jadi karena
pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi belum cukup mengajarkan tentang
bagaimana membangkitkan serta mengasah jiwa entrepreneurship
dalam dirinya sehingga mereka tidak memiliki ide-ide kreatif untuk menjadi
seorang entrepreneur.
Menambahkan
pendidikan entrepreneurship dalam
kurikulum tidak akan cukup apabila tidak di iringi dengan adanya kegiatan magang di sebuah unit usaha. Ini
sangatlah penting agar mahasiswa paham dengan kondisi real lingkungan usaha. Mahasiswa akan mengerti serta mampu menselaraskan
antara teori-teori dengan praktek di lapangan mulai dari aspek produksi, pembukuan
(akuntansi), pemasaran, penjualan, dsb. Dengan praktek ini secara tidak langsung
akan mampu mengasah kemampuan mahasiswa dalam berinovasi untuk menciptakan produk-produk
baru yang lebih baik dan melihat permasalahan yang muncul serta mencari solusi
permasalahan yang tepat. Tentu saja, dalam hal ini diperlukan modal atau
anggaran yang cukup guna mendukung terselenggaranya kegiatan. Pihak perguruan
tinggi bisa menggandeng pemerintah, yang saat ini sudah concern dengan masalah ini, pihak swasta dan perbankan untuk turut
serta memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan di negeri ini.
Sebagai
negara berkembang, Indonesia memang masih perlu lebih banyak entrepreneur baru karena sebagian besar
pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para entrepreneur. Jiwa entrepreneurship sudah saatnya menjadi mind set (pola pikir) generasi muda saat ini. Mengubah mind set mahasiswa dari seorang job seeker menjadi job creator memang membutuhkan usaha dan proses yang lama. Disinilah
eksistensi sebuah perguruan tinggi diperlukan. Perguruan tinggi diharapkan
menjadi jantung perubahan menuju kemandirian kehidupan bangsa yang terus
berperan aktif dalam kemajuan masyarakat pada segala aspek kehidupan. Perguruan
tinggi dan juga pemerintah harus terus proaktif untuk membina, melatih, memberikan
motivasi, support permodalan dan juga
pendampingan secara berkelanjutan agar nantinya mind set seorang job seeker
tersebut hilang dan memunculkan para entrepreneur
muda yang mandiri, ulet, kreatif dan inovatif untuk memberikan kontribusi positif
terhadap peningkatan perekonomian bangsa.
Ditulis pada 25 Februari 2017
Muhammad Ansori
Leave a Comment